Bagian 1
Pelangi di Matamu
Pelangi. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Perpaduan 7 warna yang seringkali kita kagumi ketika hujan mulai reda. Mendung, hujan, dan ia akan datang. Seringkali aku duduk termangu. Menunggu. Tapi?? Sayang, pelangi sore ini tak datang. Padahal aku ingin sekali melihatnya. Sedari hujan tadi aku hanya duduk disini dan menanti pelangi itu. Tapi kenapa ia tak muncul juga.Seseorang bertanya padaku, apa yang kamu tunggu dari sebuah pelangi? Aku pun menjawabnya, tentu saja. Kamu tahu kan pelangi itu indah. Lengkungan yang ia torehkan seringkali membuatku ingin segera terbang dan meraihnya. Apa kamu yakin?? Terkadang sesuatu yang kamu anggap indah belum tentu benar. Bukankah kamu tahu pelangi itu hanya sebuah biasan?? Yang artinya, mejikuhibiniu bukanlah wajah aslinya. Pelangi hanyalah sebuah genangan air yang jelas bukan berwana merah, jingga, ungu, atau bahkan yang lain yang biasa kamu lihat dan kamu anggap indah.
Ya, itulah aku. 8 bulan aku hidup sebagai pelangi dikedua mata Doni. Aku adalah sesuatu yang memang dianggap indah olehnya, tapi, apakah dia tahu bahwa aku bukanlah merah, jingga, kuning, dan apapun yang ia anggap indah?? Kepercayaan yang dia letakkan dipelupuk matanya untuk memandangku memang bukan hal yang benar. 8 bulan inilah, hubungan kami bisa dikatakan special. Mungkin special untuk Doni, tapi sayangnya bukan untukku. Selama ini aku telah berusaha mencintainya dalam keadaan apapun, tapi?? Cinta bukanlah sesuatu yang bisa dibangun ketika aku harus memilikinya. Tapi disisi lain aku sadar cinta juga bukan sesuatu yang bisa dimusnahkan ketika aku harus melepasnya. Aku tahu, selama ini aku membohonginya. Tapi, aku juga membohongi diriku sendiri. Satu hal, bukan hal mudah hidup sebagai pelangi dimatamu selama ini.
Kebaikannya lah yang membuatku harus tetap tersenyum dan bertahan disini. Takkan pernah terhitung semua yang pernah dia lakukan hanya untukku. Ada rasa dimana aku ingin sekali hidup sebagai seorang Navila yang sebenarnya. Hidup dan bukan terpenjara dalam hati seseorang yang sama sekali tidak aku inginkan kehadirannya dalam di setiap hari-hariku. Tapi apa yang bisa aku perbuat? Mungkinkah aku harus pergi? Mungkin juga aku harus membela diri dan mengutamakan kebahagiaanku sendiri? Memilih satu diantara kebahagiaan orang lain dan kebahagiaanku sendiri bukanlah hal mudah yang dengan gampang dapat aku putuskan. Kalau aku memilih Doni bahagia, resiko yang aku ambil adalah perasaanku sendiri. Bicara soal perasaan, aku berharap Doni lah yang mengisinya. Betapa bahagianya bila aku bisa mencintai Doni yang selama ini begitu mencintaiku. Tapi sayang, 8 bulan hubungan kami terjalin tapi tak sedikitpun rasa sayang yang aku rasakan untuk Doni. Sebenarnya kalau boleh memilih, aku lebih suka antara aku dan Doni menjadi sahabat. Tapi aku yakin Doni tak akan setuju dengan keputusanku ini. Aku tahu rasa cintanya padaku bukan main-main.
Terkadang ada rasa lelah yang memang tak bisa kupungkiri ketika aku mulai menyadarinya. Harus menjalin hubungan dengan orang yang sama sekali tidak kita cintai, kalian bisa bayangkan sendiri. Dan itu telah terjalin selama 8 bulan. Bukan hal yang singkat waktu 8 bulan untuk berbohong. 1 pengakuan, selama 8 bulan ini aku belum pernah kencan dengannya. Ajakan untuk sekedar malam mingguan jelas ada lah, tapi lagi-lagi aku harus berbohong untuk menghindar. Bisa dibayangkan, mana mungkin aku kencan dengan seseorang yang sama sekali tidak aku harapkan. Kalau dipikir-pikir jelas kasihan, tapi mau gimana lagi, toh aku nggak mungkin nyiksa diriku sendiri. Dan itulah Doni, apapun yang kulakukan, ia tetap disini. Tanpa menyadari apa yang selama ini aku lakukan padanya. Entah, mungkin dia memang polos, atau mungkinkah karena dia begitu menyayangiku?!
Lagi-lagi. Malam ini aku sempat berdo’a agar Doni tak mengajakku malam mingguan. Tapi sayangnya Tuhan berkehendak lain.
1 message from Doni
Sayang kita malam mingguan yuk
Reply
Ups, sorry. Aku ada janji sama adek sepupu. Next time deh
Send
1 message from Doni
Huft gitu ya? Oke. Minggu depan ya?
Reply
Oke deh semoga nggak ada halangan lagi
Send
1 message from Doni
Wah susah nih cari baju buat SPL besok..
Reply
Baju apaan?
Send
1 message from Doni
Seragam futsal sayang. Ini sama anak-anak 11 bahasa.
Reply
Oh. Kelas kita sama anak 11 bahasa ya?
Send
SPL adalah pertandingan sepak bola antar kelas yang diadakan OSIS sekolahku setiap tahunnya. Acara ini banyak mendapat seponsor untuk itu bisa dianggap bukan acara yang sepele. Kebetulan kelasku bergabung dengan kelas 11 bahasa. Oh pantes setiap istirahat pertama dan kedua kakak kelas terutama kelas 11 bahasa selalu berkunjung ke kelasku. Membicarakan sesuatu entah apa dengan siswa laki-laki 10B. Ternyata yang mereka bicarakan adalah strategi yang akan mereka laksanakan sore nanti pada pertandingan.
Ah sial. Sumpah demi apa baru kali ini aku lupa mengerjakan pr matematika. Untung masih dalam kategori mudah yang bisa aku kerjakan tanpa repot-repot mengeluarkan tenaga ekstra. Tanpa disadari ternyata aku kelihatan lebih sibuk sendiri dibanding teman-teman lain. Bukan karena aku kesulitan, bahkan kalau soal matematika aku jagonya. Tapi karena memang aku orangnya suka sibuk sendiri dan selalu tergesa dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Ketenangan bukan hal yang lebih sering kulakukan, entah mengapa. Tapi itu kata teman-temanku. Kalau menurutku pribadi sepertinya aku biasa-biasa saja. Tapi memang ada benarnya, aku memang tidak bisa diganggu ketika aku mulai ingin berpikir apalagi dengan konsentrasi cukup. Seringkali aku tak pernah menghiraukan apa yang menurutku bukan sesuatu yang penting.
“Dek, punya permen nggak?”
“Ini” kataku sambil memberikan sesuatu padanya.
“Dek, permen! Bukan polpen! Wah eror” tawa seorang siswa yang sedang duduk dibawah kursiku.
“Apa sih ketawa segala?” tanyaku sambil menghentikan pekerjaanku karena tawa cowok itu.
“Aduh dek.. aku kan mintanya permen, kok dikasih pulpen sih? Haha”
“upss.. aduh maaf kak”
“Aduh dek, lagi nggak konsen ya?”
“Hehe maaaf kak, hehe”
“Yaudah punya permen nggak ni?” tanya cowok itu yang masih terus mentertawakanku.
“Enggak kak, he”
“Yaudah-yaudah.. sana lanjutin lagi pekerjaan kamu”
Aduh betapa malunya aku. Dimintain permen malah aku kasih pulpen. Ya ampun, apalagi yang minta itu tadi kakak kelas, anak 11 bahasa. Aduh bodoh banget sih Navila. Aku hanya senyum-senyum celingukan. Rasanya tu kayak mati gaya. Aduh pengen lari. Berharap ini cuma mimpi. Siapa yang nggak malu sih, bertindak bodoh dihadapan kakak kelas. Diketawain pula. Aduh
_ --*--_
Inget kejadian tempo hari itu rasanya pengen nutupin muka. Betapa bodohnya Navila. Didepan kakak kelas, oh my god, help me. Tolong. Malu banget. Apalagi kalau ketemu orangnya. Aduh. Minta ampun malunya. Cuma bisa senyum-senyum karena aku tahu banget cowok itu juga masih inget kejadian ini.
“Kamu kenapa sih Vil celingukan gitu?” Doni duduk disampingku.
“Ah enggak kok Don. Tumben anak bahasa nggak kesini? Biasanya istirahat gini mereka kesini kan?” tanyaku mengalihkan.
“Ah, kelas kita udah kalah kemaren pas penyisihan”
“Loh, kalah? Ah kurang semangat tuh”
“Iya. Abis kamu nggak ada sih”
“Apa hubungannya sama aku coba?”
“Kalau ada kamu kan pasti aku semangat. Hehe”
“Kamu semangat tapi yang lain loyo kan sama aja Don”
“Siapa bilang sayang. Mungkin yang lain juga semangat kalau ada pacarku yang paling cantik ini”
“Ih apaan sih Don. Aku kan nggak lagi bercanda.”
“Kamu kira aku bercanda?”
“Namanya apa coba kalau nggak bercanda. Ngapain mereka semangat kalau ada aku. Emang mereka suka sama aku apa?!”
“Hehe. Ya nggak boleh suka dong. Kan kamu milik Doni seorang. Kalau sampai ada yang suka ya aku marahin. Haha”
“Ah apaan sih Don..”
“Yaudah deh kok malah bahas ini. Kamu belum jawab pertanyaan aku. Kamu kenapa celingukan?”
“Enggak Don.”
“Kamu nyariin anak bahasa?”
“Iya. Tumben aja nggak kesini.”
“Ngapain coba nyariin mereka?”
“Ya ampun, nggak nyariin Don.”
“Terus?” tanyanya ketus.
“Aku tanya doang, biasa aja kali Don”
“Kamu suka sama mereka ya?”
“Apaan sih Don?”
“Udah deh ngaku aja”
“Ngaco deh kamu Don. Kenal aja nggak kok suka sih.”
“Kalau nggak kenal ya kenalan”
“Udah deh. Aku capek. Males kali Don berantem gara-gara masalah yang nggak jelas”
Akhir-akhir ini Doni memang lebih sensitive. Suka bikin masalah. Sesuatu yang nggak patut jadi masalah dipermasalahin. Cemburuan. Coba aja dia tahu kalau aku nggak pernah suka sama dia. Pengen banget putus sama dia. Capek harus jalanin hidup kayak gini. Apa selamanya bakal kayak gini. Apa selamanya aku juga harus berbohong.
0 komentar:
Posting Komentar