Kembali Padanya

Senin, 19 November 2012

Bagian 3
Kembali Padanya
          Pertengkaran lagi-lagi semalam terjadi antara aku dan Doni. Apalagi kalau bukan karena masalah sepele. Itulah alasannya kenapa aku benar-benar malas untuk bangun dan ke sekolah. Padahal jam 04.00 pagi tadi ibu sudah gedor-gedor pintu kamar. Bayangan pertengkaran hebat sudah di depan mata. Bukan aku khawatir, tapi aku bosan.
          Mau tidak mau, pagi ini aku harus berangkat sekolah. Ada sesuatu yang memang harus kerjakan siang nanti sepulang sekolah. Langkah pertama keluar pintu rumah aku berhenti sejenak. Menarik nafas dan kemudian menghembuskannya.
          “Kemana kamu semalam?!”
          Benar kan hipotesisku. Doni pasti akan marah karena smsnya semalem nggak aku bales.
          “Aduh Don, aku nggak punya pulsa.” Jelasku, dan lagi-lagi harus berbohong.
          “Nggak punya pulsa?? Tapi buat Andi ada?”
          “hah?” aku tersentak dan begitu kaget dengan ucapan Doni. Bagaimana dia tahu kalau aku smsan dengan kak Andi.
          “kenapa? Kaget?! Hah?” tanya Doni dengan sorot matanya yang melototiku.
          “Enggak Don. Aku nggak smsan sama dia.”
          “halaaaah kamu kira aku nggak tau kamu lagi deket sama dia?”
          “apaan sih? Jangan buat-buat deh kamu. Asal aja!”
          “nggak usah nyanggah lagi. Orang Andi aja minta nomer kamu sama aku kok!”
          “Oh. Dan kamu bilang nama aku Tyas kan?” aku mulai marah.
          “Haha. Kenapa? Dia pasti cerita sama kamu kan!”
          “dasar kamu ya Don.”
          “Kenapa? Mau marah?!”
          Aku langsung pergi tanpa menjawab sepatah katapun untuk pertanyaan Doni itu. Ada rasa dimana aku kesel dan benci sama Doni. Tapi disisi lain, kak Andi yang salah. Pertama, mungkin dia tidak tahu kalau aku ini pacarnya Doni, dan malah dia minta nomer hpku pada Doni. Kedua, status Doni pantes jadi alasan buat nggak deket sama aku. Hubungannya dengan Velista yang telah terjalin selama 6 bulan seharusnya menjadi alasan untuknya untuk tidak mendekati cewek lain.
          Kedekatanku dengan kak Andi yang tak terasa telah terjadi selama 1 bulan belakangan ini membuatku begitu berdosa. Berdosa pada Doni, dan juga Velista. Aku berfikir, bagaimana bila aku diposisi Velista. Melihat pacar yang dianggapnya setia dekat dengan cewek lain. Begitu pula sebaliknya pada Doni.
          Lagi-lagi. Aku rasa tak ada kebahagiaan dalam hidupku. Apa yang Engkau takdirkan padaku Tuhan? Kini keputusanku telah bulat. Semakin aku melanjutkan kedekatan ini, aku akan semakin merasa berdosa. Sebelum aku terlanjur masuk jauh dalam kehidupan kak Andi, aku ingin keluar secepatnya. Meskipun aku tahu bukan hal yang cukup mudah, tapi aku harus melakukannya.
          Hidup dalam penjara Doni dan tidak mengenal kak Andi aku rasa akan lebih baik. Meskipun aku tahu aku tak akan bahagia. Karena aku yakin, nggak semua yang bahagia itu baik. Yang bijaksana itu yang lebih baik. Untuk menjadi orang ketiga dalam suatu hubungan aku benar-benar tidak menginginkannya,
          Lagi-lagi. Kenapa Tuhan begitu sering memberiku cobaan?! Sejenak aku ingin hidupku berjalan tanpa masalah, bukan selalu lengkap dengan masalah yang terkadang tak hanya 1 seperti ini.
          1 message from Andi
     Navila. Besok ada acara nggak?


     Reply
     Kenapa emang kak?
     Send

     1 message from Andi
     Kita maen yuk

     Reply
     Aduh maaf kak, aku nggak bisa.
     Send

     1 messae from Andi
     L yaudah deh. Eh kok sekarang kamu beda? Nggak kayak dulu lagi.

     Reply
     Bedanya?
     Send

     1 message from Andi
     Kamu selalu menghindar dari aku. Bales sms juga jarang. Kamu kenapa?

     Reply
     Enggak kok kak. Aku lagi sibuk aja buat sekarang dan kedepannya.
     Send
     1 message from Andi
     Oh. Navila ada yang pengen aku omongin sama kamu, tolong kamu usahain buat nyari waktu luang kamu.

     Reply
     Ngomong apa?
     Send

     1 message from Andi
     Ada. Besok ya, tolong. Aku tunggu ditempat biasa jam 4.

_--*--_
          Sore ini aku sempatkan waktu untuk datang menemui kak Andi. Karena dia memang memaksa, dan aku juga ingin mengatakan sesuatu hal.
          “Udah lama kak?” sapaku ketika aku telah berdiri disampingnya.
          “Eh. Belum dek. Duduk.”
          Aku tersenyum dan duduk tanpa berkata apapun.
          “Mau minum apa?” tanya kak Andi.
          “Enggak usah kak. Kita cepet aja.”
          “oke. Navila, aku pengen bilang sesuatu sama kamu.” Jelas kak Andi yang kini mulai duduk dan mendekat padaku.
          “Apa kak? Aku juga pengen bilang sesuatu sama kakak.”
          “em tapi kamu jangan marah ya? Aku Cuma berusaha ngluarin unek-unekku.”
          Aku hanya mengangguk karena aku memang seketika membisu.
          “Awalnya aku sering ngliat kamu waktu aku maen ke kelas 10B sejak SPL itu. Lama-lama aku jadi merhatiin kamu dan pengen tahu nama kamu, bahkan kenal sama kamu. Susah payah aku dapetin nama dan kenal sama kamu, sampai-sampai aku kena tipu Doni,” kak Andi terhenti dan sedikit tertawa untuk mencairkan suasana yang sedari tadi tegang.
          Lalu dia melanjutkan “Dan setelah aku kenal kamu, sampai saat ini, jujur aku ngrasa nyaman.”
          Kata-kata itu membuatku kaget, tersentak. Dan aku tahu arah pembicaraan kak Andi. Hah?? Ternyata kak Andi punya perasaan yang sama denganku. Apa aku harus tetap melanjutkan misi awalku tadi dengan keadaan yang seperti ini?!
          “Kamu nggak usah khawatir. Aku nggak maksa kamu buat bilang apa-apa. Statusku dengan Velista,,” kak Andi terdiam dan menunduk.
          “Itu yang ingin aku bicarakan kak. 1 pengakuan, aku.. sebenarnya aku pacarnya Doni.” Jelasku yang kemudian aku merasa gugup.
          “Apa? Kamu?!” Kak Andi memang terlihat begitu kaget, mungkin karena dia menyadari apa sebabnya Doni begitu acuh padanya.
          “Maafin aku Navila.” Lanjut Kak Andi
          “Kakak nggak perlu minta maaf. Justru aku yang minta maaf. Harusnya aku bilang dari awal soal hubunganku dengan Doni. Tapi awalnya aku nggak mau kakak tahu. Dan setelah aku sadari, ternyata aku telah berdosa besar.”
          “Enggak Navila. Kamu juga nggak salah. Jadi?”
          “Jadi, aku mau kehidupanku kembali seperti semula dimana aku belum mengenal kak Andi”
          “Kamu mau kita saling pergi?”
          Aku terbisu. Air mata penyesalan kini mulai menetes. Tapi inilah yang terbaik. Aku nggak mau ada yang tersakiti disini. Meskipun sebenarnya aku lah yang betul-betul tersakiti. Tekatku untuk menjalani hidup dengan Doni kini mulai kubangun kembali. Dan pastinya tetap melupakan Kak Andi.

0 komentar:

Posting Komentar