Bagian 3
Kembali Padanya
Pertengkaran
lagi-lagi semalam terjadi antara aku dan Doni. Apalagi kalau bukan karena
masalah sepele. Itulah alasannya kenapa aku benar-benar malas untuk bangun dan
ke sekolah. Padahal jam 04.00 pagi tadi ibu sudah gedor-gedor pintu kamar.
Bayangan pertengkaran hebat sudah di depan mata. Bukan aku khawatir, tapi aku
bosan.
Mau tidak
mau, pagi ini aku harus berangkat sekolah. Ada sesuatu yang memang harus
kerjakan siang nanti sepulang sekolah. Langkah pertama keluar pintu rumah aku
berhenti sejenak. Menarik nafas dan kemudian menghembuskannya.
“Kemana kamu
semalam?!”
Benar kan
hipotesisku. Doni pasti akan marah karena smsnya semalem nggak aku bales.
“Aduh Don,
aku nggak punya pulsa.” Jelasku, dan lagi-lagi harus berbohong.
“Nggak punya
pulsa?? Tapi buat Andi ada?”
“hah?” aku
tersentak dan begitu kaget dengan ucapan Doni. Bagaimana dia tahu kalau aku
smsan dengan kak Andi.
“kenapa?
Kaget?! Hah?” tanya Doni dengan sorot matanya yang melototiku.
“Enggak Don.
Aku nggak smsan sama dia.”
“halaaaah
kamu kira aku nggak tau kamu lagi deket sama dia?”
“apaan sih?
Jangan buat-buat deh kamu. Asal aja!”
“nggak usah
nyanggah lagi. Orang Andi aja minta nomer kamu sama aku kok!”
“Oh. Dan kamu
bilang nama aku Tyas kan?” aku mulai marah.
“Haha.
Kenapa? Dia pasti cerita sama kamu kan!”
“dasar kamu
ya Don.”
“Kenapa? Mau
marah?!”
Aku langsung
pergi tanpa menjawab sepatah katapun untuk pertanyaan Doni itu. Ada rasa dimana
aku kesel dan benci sama Doni. Tapi disisi lain, kak Andi yang salah. Pertama,
mungkin dia tidak tahu kalau aku ini pacarnya Doni, dan malah dia minta nomer
hpku pada Doni. Kedua, status Doni pantes jadi alasan buat nggak deket sama
aku. Hubungannya dengan Velista yang telah terjalin selama 6 bulan seharusnya
menjadi alasan untuknya untuk tidak mendekati cewek lain.
Kedekatanku
dengan kak Andi yang tak terasa telah terjadi selama 1 bulan belakangan ini
membuatku begitu berdosa. Berdosa pada Doni, dan juga Velista. Aku berfikir,
bagaimana bila aku diposisi Velista. Melihat pacar yang dianggapnya setia dekat
dengan cewek lain. Begitu pula sebaliknya pada Doni.
Lagi-lagi.
Aku rasa tak ada kebahagiaan dalam hidupku. Apa
yang Engkau takdirkan padaku Tuhan? Kini keputusanku telah bulat. Semakin
aku melanjutkan kedekatan ini, aku akan semakin merasa berdosa. Sebelum aku
terlanjur masuk jauh dalam kehidupan kak Andi, aku ingin keluar secepatnya.
Meskipun aku tahu bukan hal yang cukup mudah, tapi aku harus melakukannya.
Hidup dalam
penjara Doni dan tidak mengenal kak Andi aku rasa akan lebih baik. Meskipun aku
tahu aku tak akan bahagia. Karena aku yakin, nggak semua yang bahagia itu baik.
Yang bijaksana itu yang lebih baik. Untuk menjadi orang ketiga dalam suatu
hubungan aku benar-benar tidak menginginkannya,
Lagi-lagi.
Kenapa Tuhan begitu sering memberiku cobaan?! Sejenak aku ingin hidupku
berjalan tanpa masalah, bukan selalu lengkap dengan masalah yang terkadang tak
hanya 1 seperti ini.
1 message from Andi
Navila. Besok ada acara nggak?
Reply
Kenapa emang kak?
Send
1 message from Andi
Kita maen yuk
Reply
Aduh maaf kak, aku nggak bisa.
Send
1 messae from Andi
L yaudah deh. Eh kok
sekarang kamu beda? Nggak kayak dulu lagi.
Reply
Bedanya?
Send
1 message from Andi
Kamu selalu menghindar dari aku.
Bales sms juga jarang. Kamu kenapa?
Reply
Enggak kok kak. Aku lagi sibuk
aja buat sekarang dan kedepannya.
Send
1 message from Andi
Oh. Navila ada yang pengen aku
omongin sama kamu, tolong kamu usahain buat nyari waktu luang kamu.
Reply
Ngomong apa?
Send
1 message from Andi
Ada. Besok ya, tolong. Aku tunggu
ditempat biasa jam 4.
_--*--_
Sore ini aku
sempatkan waktu untuk datang menemui kak Andi. Karena dia memang memaksa, dan
aku juga ingin mengatakan sesuatu hal.
“Udah lama
kak?” sapaku ketika aku telah berdiri disampingnya.
“Eh. Belum
dek. Duduk.”
Aku tersenyum
dan duduk tanpa berkata apapun.
“Mau minum
apa?” tanya kak Andi.
“Enggak usah
kak. Kita cepet aja.”
“oke. Navila,
aku pengen bilang sesuatu sama kamu.” Jelas kak Andi yang kini mulai duduk dan
mendekat padaku.
“Apa kak? Aku
juga pengen bilang sesuatu sama kakak.”
“em tapi kamu
jangan marah ya? Aku Cuma berusaha ngluarin unek-unekku.”
Aku hanya
mengangguk karena aku memang seketika membisu.
“Awalnya aku
sering ngliat kamu waktu aku maen ke kelas 10B sejak SPL itu. Lama-lama aku
jadi merhatiin kamu dan pengen tahu nama kamu, bahkan kenal sama kamu. Susah
payah aku dapetin nama dan kenal sama kamu, sampai-sampai aku kena tipu Doni,”
kak Andi terhenti dan sedikit tertawa untuk mencairkan suasana yang sedari tadi
tegang.
Lalu dia
melanjutkan “Dan setelah aku kenal kamu, sampai saat ini, jujur aku ngrasa
nyaman.”
Kata-kata itu
membuatku kaget, tersentak. Dan aku tahu arah pembicaraan kak Andi. Hah?? Ternyata kak Andi punya perasaan yang
sama denganku. Apa aku harus tetap melanjutkan misi awalku tadi dengan keadaan
yang seperti ini?!
“Kamu nggak
usah khawatir. Aku nggak maksa kamu buat bilang apa-apa. Statusku dengan
Velista,,” kak Andi terdiam dan menunduk.
“Itu yang
ingin aku bicarakan kak. 1 pengakuan, aku.. sebenarnya aku pacarnya Doni.”
Jelasku yang kemudian aku merasa gugup.
“Apa? Kamu?!”
Kak Andi memang terlihat begitu kaget, mungkin karena dia menyadari apa
sebabnya Doni begitu acuh padanya.
“Maafin aku Navila.” Lanjut Kak Andi
“Kakak nggak
perlu minta maaf. Justru aku yang minta maaf. Harusnya aku bilang dari awal
soal hubunganku dengan Doni. Tapi awalnya aku nggak mau kakak tahu. Dan setelah
aku sadari, ternyata aku telah berdosa besar.”
“Enggak
Navila. Kamu juga nggak salah. Jadi?”
“Jadi, aku
mau kehidupanku kembali seperti semula dimana aku belum mengenal kak Andi”
“Kamu mau
kita saling pergi?”
Aku terbisu.
Air mata penyesalan kini mulai menetes. Tapi inilah yang terbaik. Aku nggak mau
ada yang tersakiti disini. Meskipun sebenarnya aku lah yang betul-betul
tersakiti. Tekatku untuk menjalani hidup dengan Doni kini mulai kubangun
kembali. Dan pastinya tetap melupakan Kak Andi.
0 komentar:
Posting Komentar