Jadian

Senin, 19 November 2012

Bagian 6
Jadian

          Insiden malam tadi membuat mataku terlihat lebih besar dari biasanya. Tentu saja karena tangisanku berakhir pukul 23.00 sebelum akhirnya aku terlelap.
          “Navila” panggil seseorang dibelakangku setelah aku memarkir sepeda motorku.
          “Resza..”
          “Kamu kenapa? Abis nangis?”
          Aku hanya tertunduk tanpa bicara apapun.
          “Apa kamu….?”
          “Iya. Aku putus. Semalam Doni marah besar dan memutus hubungan kami.”
          “apa ini gara-gara aku?”
          “Nggak juga kok” jawabku sambil tersenyum untuk mengutkan hatinya.
          “Maafin aku Navila. Aku nggak bermaksud ngancurin hubungan kalian.”
          “Bukan kamu kok.”
          “Jelas-jelas ini karnaku.”
          “Bukan. Resza, aku ada urusan pagi ini. Aku duluan ya,”
          “Nanti siang kita kerumahku ya, ada yang ingin aku bicarakan.” Tanyanya sambil menggenggam tanganku yang memang dingin.
         

          “Gimana kamu sama Doni?” tanya Resza untuk membuka pembicaraan diantara kami.
          “Seperti yang aku bilang tadi, kami putus.”
          “Maafin aku Navila. Apa yang harus aku lakukan untuk mengembalikan hubungan kalian?”
          “Nggak perlu Resza. Ini juga bukan salah kamu.”
          “Jelas ini salahku. Kalau saja aku tidak mendekatimu dan mengajakmu makan siang kemaren ini tu nggak bakal terjadi”
          “Sudah lah. Ini bukan salahmu”
          “Katakan, apa yang bisa kulakukan untukmu,”
          “Nggak perlu Resza..” kataku sambil tersenyum simpul padanya.
          “Tapi, aku nggak mau kamu sedih. Katakan Navila.”
          “Yaudah kalau kamu maksa. Tapi apa kamu sanggup melakukan ini?”
          “Semampuku aku ingin melakukannya, demi kamu Navila. Aku nggak mau kamu sedih.”
          “Kamu yakin?”
          “Ya. Aku yakin. Katakan Navila.”
          “Aku mau kamu jangan pergi, tetap disini buat aku ya.”
          “Maksudnya?”
          “iya. Yang aku mau kamu itu disini terus.”
          “Kamu? Serius?”
          Aku tersenyum dan Resza pun tersenyum. Perlahan ia menyentuh tanganku.
          “Kamu tahu? Selama ini aku suka sama kamu.” jelasnya
          “Oh ya?”
          “Tentu. Aku boleh nggak jadi pacar kamu?”
          Ini adalah hari paling indah dalam hidupku selama ini. Tanpa berfikir lebih lama aku pun menjawab “Tentu saja, aku juga suka sama kamu”. 28 Juni ini akan menjadi kisah paling indah yang tak mudah untuk ku lupakan begitu saja. Dan yang membuat hari ini lebih indah lagi adalah karena aku telah berhasil menduduki ranking 1 tahun ini. Ini benar-benar anugrah yang patut untuk tak hentinya aku syukuri. Terimakasih Tuhan.
















0 komentar:

Posting Komentar